SEBUAH RENUNGAN BAGI GURU

Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar profesi itu? Ada yang mengatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ada pula yang mengatakan bahwa guru adalah orang tua kedua di sekolah.

Tentunya kita menyadari bahwa seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru dapat membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan para siswanya, entah dampak positif maupun negatif. Guru dapat menanamkan keyakinannya dalam diri para siswa yang tentunya turut mempengaruhi pembentukan karakter seorang anak. Melihat pengaruh guru yang sedemikian besar, tentunya bangsa kita membutuhkan guru-guru yang kompeten dan berkarakter yang baik dalam mendidik para siswa.

 Namun, seperti apa sebetulnya definisi dari guru yang baik?

Apakah mereka yang selalu datang tepat waktu ke kelas? Atau guru yang memberikan banyak pr sebagai bentuk latihan soal ? Atau guru yang lengkap administrasi mengajarnya ?

Dalam Growth Mindset in Teaching: A Case Study of a Finnish Elementary School Teacher yang ditulis Rina, Elina, dan Kirsi (2019) mengungkapkan kalau sejak sekolah dasar, murid sudah dikenalkan growth mindset. Seiring berjalannya waktu, murid sadar bahwa menjadi pembelajar adalah hal yang menyenangkan.

Kita sepakat bahwa guru yang baik adalah guru yang efektif dalam mengajar. Anderson (2009) mengatakan bahwa guru yang efektif merupakan kombinasi dari tiga komponen: kemampuan, kepribadian, dan pengetahuan.

Namun, ingatlah bahwa seorang guru yang mengajar manusia. Dan sebagaimana manusia pada umumnya, ia berbeda satu sama lain. Maka, sebagai guru harus mampu melihat ini: potensi masing-masing siswa, dengan ranah individu, tanpa terkecuali. Mungkin ada stereotip yang muncul di beberapa kelas yang diampu guru. Kelas A adalah kelas yang berisik. Atau kelas B adalah kelas yang kurang interaktif. Namun, sebagai guru, kita harus melihat ini sebagai reaksi gabungan dari beberapa murid.

Di Indonesia, tantangannya memang cukup besar. Bisa jadi guru dapat mengajar begitu banyak murid dalam satu kelas. Data dari BPS dalam Potret Pendidikan Indonesia 2019 menunjukkan kalau rata-rata dalam satu kelas, guru harus berhadapan dengan 22-30 murid. Itu artinya, Anda menghadapi 30 jenis karakter manusia yang berbeda.

Belum lagi padatnya jadwal mengajar yang membuat Anda, mungkin, kesulitan mengatur waktu. Antara mengatur teknik ajar, memilih materi, membuat latihan dan games, mengoreksi pekerjaan mereka, dan perlu mengamati kondisinya satu per satu, hari demi hari.

Namun, mari kita fokus pada apa yang bisa kita lakukan dibanding mengeluh dan menjerit sendirian. Berdasarkan jurnal Characteristics of Effective Teacher, Andreia, Georgeta, dan Ion menulis beberapa karakter yang terbukti memengaruhi efektivitas pengajaran siswa. Mereka adalah guru yang santai, toleran, punya rasa humor, friendly, dan memiliki persiapan sebelum mengajar.

Kenyataannya, informasi akan diterima secara efektif apabila murid percaya kepada guru. Maka, penting bagi guru untuk mendapatkan kepercayaan murid saat di kelas.

Disamping itu, seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan inspirasi untuk para muridnya. Inspirasi ini ditunjukkan para guru dengan memberikan teladan dan nasihat membangun pada anak-anak didik agar mereka belajar tanpa rasa takut jika salah dan dikatakan tidak mampu

Banyak orang berpikir bahwa semakin pandai seseorang – yang biasanya ditunjukkan dengan banyaknya gelar yang dimiliki-, maka orang itu akan semakin memenuhi kompetensi sebagai seorang guru yang baik. Memang benar bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai materi yang akan diajarkannya. Tetapi, untuk menjadi seorang guru yang baik tidaklah cukup hanya memiliki kepandaian atau pengetahuan yang luas. Guru juga harus memiliki pedagogi atau cara mengajar yang baik. Siswa akan lebih menyukai seorang guru yang bergelar S1 atau tanpa gelar tapi mampu mengajar dengan baik daripada guru yang bergelar S3 tetapi tidak mampu menjelaskan pengetahuannya itu dalam bahasa yang mudah dimengerti.

Ada guru yang beranggapan bahwa setelah ia menyampaikan semua materi yang harus diajarkan, maka tugasnya sudah selesai. Ia sama sekali tidak peduli entah siswanya mengerti atau tidak. Ia hanya berharap para siswanya mendapatkan nilai yang baik dalam ujian. Tetapi, sudah waktunya para guru menyadari bahwa tugas seorang guru tidaklah sesederhana itu. Seorang guru yang baik tidak boleh hanya memberikan materi atau menyampaikan semua isi otaknya kepada para siswa tanpa membuat siswanya mengerti dan memahami materi yang diajarkan. Guru yang baik harus membuat para siswa memiliki kesadaran dan kemauan untuk belajar. Guru yang baik akan berusaha sedemikian rupa dengan berbagai cara untuk membuat siswanya benar-benar mengerti pelajaran yang disampaikannya. Ia akan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh murid-muridnya untuk dapat menerima pelajaran dengan lebih efektif

Seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid muridnya, tetapi juga mendidik mereka. Untuk mendidik , tidak harus mengajar di bidang etika atau menjadi guru agama Mengajar di bidang apapun, sesungguhnya setiap guru , dapat menerapkan pendidikan bagi para muridnya, yakni mengajar dengan hati

Menjadi guru jangan hanya ingin menjadi orang yang didengarkan kata katanya, tetapi juga harus bersedia mendengarkan kesulitan yang dihadapi oleh muridnya. Prinsip dasar inilah yang sering dilupakan ,sehingga kalau kita mau bicara dengan jujur, pada masa ini, yang berdiri di depan kelas, kebanyakan adalah tenaga tenaga pengajar. Bukan seorang guru.

Murid murid di jaman kini , sudah jauh lebih kritis dibandingkan dengan murid murid 10 tahun lalu. Coba dengarkan apa yang mereka saling ceritakan diluar kelas :” Pak guru suruh kita kerjakan soal /catat materi yang banyak ,agar bisa mengurusi keperluannya. Sehingga ketika kita saling menyontek, pak guru sama sekali tidak melihat”

Bayangkan, kalau di benak murid murid, sudah tertanamkan image seorang guru yang tidak dapat menjaga kewibawaan seorang pendidik,maka apakah kita masih bisa berharap kelak anak anak didik sang guru ,bakal menjadi anak anak yang cerdas dan jujur? Kendati ,saya bukanlah seorang guru yang baik , namun juga sebagai intropeksi diri untuk menjadi lebih baik lagi, karena menguatirkan bila masa depan  siswa berada dalam tangan seorang pengajar, bukan seorang “guru”.

Seorang guru adalah seorang pemimpin. Yang cara berpikir, sikap mental dan prilakunya yang tercermin dalam keseharian di depan dan diluar kelas. Seorang yang tidak dapat memimpin diri sendiri, mustahil akan dapat menjadi seorang guru yang baik. Bertolak dari kutipan Ki Hajar Dewantara: di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan. Ing Ngarso Sung Tuladha. Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menggurui, hanya sekedar dijadikan sebagai renungan kita yang telah memutuskan untuk menjadi seorang “guru”, Semoga kedepan setiap sosok yang berdiri mengajar di depan kelas adalah seorang “GURU” dalam arti yang sebenarnya.

 

Disadur dari beberapa artikel.

https://www.smkbpdkw.sch.id/blog/guru-yang-baik-adalah-guru-yang-mengajar-muridnya-dengan-hati/

http://indonesiaone.org/seperti-apakah-kriteria-guru-yang-baik/

https://edukasi.kompas.com/read/2011/11/25/12345250/Guru.yang.Baik.Guru.yang.Menginspirasi.

https://blog.ruangguru.com/cara-menjadi-guru-baik