Adakah
di benak rekan rekan semua mengenai judul diatas????
Saya
yakin rekan rekan semua sudah sering mengikuti diklat ataupun workshop baik
tatap muka maupun secara online baik yang bersifat regional maupun nasional
bahkan internasional. Di benak kita pasti ada pemikiran bagaimana jika kita
yang menjadi trainer/instrukturnya, apakah rasanya sama ketika kita berada di
ruang kelas saat pembelajaran atau .....
Di
sini akan saya bagikan pengalaman saat menjadi salah satu trainer di pelatihan
Microsoft 365. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Virtual Education Academy (VEA).
Virtual
Education Academy (VEA) adalah program yang berfokus pada pelatihan pendidik
tentang teknologi dan penggunaannya dalam pembelajaran dan pengajaran di kelas.
Program ini mengadopsi teori kerangka pembelajaran TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang merumuskan pembelajaran dengan integrasi
teknologi dan pedagogi ke dalam materi yang diajarkan.
Sebelum nya saya akan memberikan jawaban yang menjadi semua
pertanyaan rekan rekan semua yaitu “Menjadi seorang trainer / instruktur dalam
sebuah pelatihan adalah hal yang sulit”. Secara umum pandangan orang untuk
menjadi trainer/instruktur adalah orang yang “profesional” dan sangat pintar
dibidangnya dan kita sering mengganggap bahwa kemampuan yang kita miliki
tidaklah cukup untuk menjadi seorang trainer/instruktur.
Padahal tanpa kita sadari bahwa seorang pendidik/guru adalah
trainer/instruktur yang dari pandangan saya adalah lebih dari seorang
trainer/instruktur. Tugas dan tanggung jawab seorang pendidik/guru melebihi
dari tugas dan tanggungjawab trainer. Jika kita menjadi trainer tugas dan
tanggung jawabnya hanya memberikan ketrampilan kepada peserta, jika peserta
sudah mampu menguasai sebuah kompetensi yang diberikan maka sudah selesai tugas
sebagai seorang trainer, bahkan di banyak pelatihan banyak sekali trainer yang
hanya memberikan sebuah ilmu/pengetahuan/ketrampilan kepada peserta dan tidak
mengetahui secara pasti apakah ilmu yang diberikan saat pelatihan sepenuhnya
dipahami oleh peserta.
Disini saya tidak bermaksud untuk “mengecilkan” profesi
Trainer/Pelatih/Instruktur, tapi dari kenyataannya yang terjadi terutama saat
pandemi Covid-19 banyak sekali diadakan berbagai macam pelatihan yang dengan
sagat mudahnya peserta mendapatkan sertifikat, karena tidak dapat kita pungkiri
bahwa banyak sekali peserta yang hanya mengejar sertifikat bukan mengejar
ilmu/ketrampilan. Walaupun ada yang memang tidak peduli dengan sertifikat
karena mereka memang tujuan akhir dari mengikuti sebuah pelatihan adalah untuk
menguasai ilmu/ketrampilan.
Sedangkan tugas seorang pendidik/guru yang menjadi kegiatan
kita sehari hari adalah disamping memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
kepada peserta didik juga harus menanamkan karakter kepada peserta didik untuk
dapat bersaing pada saat mereka lulus/menamatkan pendidikannya. Pendidik/Guru
diberikan beban dan tanggungjawab yang lebih besar daripada beban dan
tanggungjawab seorang trainer/instruktur.
Jadi jika rekan rekan semua mengganggap bahwa menjadi seorang
trainer/instruktur sangatlah sulit itu hanya sebuah pemikiran dari kita sendiri
yang akan menjadikan kita tidak akan bisa untuk menjadi instruktur/trainer
dalam sebuah pelatihan.
Pada awalnya saya sendiri juga tidak mempunyai pemikiran
untuk menjadi seorang trainer/instruktur apalagi di pelatihan Micirosoft 365
yang kita tahu bahwa aplikasi Microsoft 365 adalah salah satu aplikasi yang
orang di seluruh dunia pasti akan menggunakannya.
Apakah saya sudah kompeten dan profesional dalam penggunaan
aplikasi Microsoft 365 sehingga bisa menjadi salah satu trainer/instruktur??? Jawabannya
adalah sama sekali tidak. Kemampuan dalam menggunakan aplikasi microsoft 365
yang saya miliki sama dengan kemampuan semua orang, yang membedakan mungkin
dari intensitas dalam menggunakannya saja. Kenapa saya bisa menjadi Intruktur
jika kemampuan yang dimiliki sama dengan yang lain???
Jawabannya ada di part 2