Alasan dalam melakukan praktik baik memilih metode discovery inquiry karena pada saat melakukan pembelajaran untuk mata pelajaran Dasar Otomotif yang menggunakan kurikulum merdeka menurut pribadi saya memang sangat baik.
berbagai kegiatan yang telah dilakukan baik pelatihan, pembelajaran ataupun yang lain.
Tutorial yang berupa panduan dalam menjalankan aplikasi baik berbasis web maupun aplikasi.
berbagai macam informasi/berita yang berkaitan dengan dengan pendidikan.
Aplikasi berbasis Website ataupun Aplikasi berbasis Excell untuk dunia pendidikan.
RPP, Silabus, Modul/Bahan Ajar dan yang lain untuk Kompetensi keahalian teknik Kendaraan Ringan Otomotif.
berbagai macam artikel baik untuk dunia pendidikan ataupun penelitian .
Kumpulan Modul/Buku Panduan/Materi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya untuk Pendidik.
Alasan dalam melakukan praktik baik memilih metode discovery inquiry karena pada saat melakukan pembelajaran untuk mata pelajaran Dasar Otomotif yang menggunakan kurikulum merdeka menurut pribadi saya memang sangat baik.
1. karena adanya akreditasi sekolah. Pasti muncul pertanyaan kenapa akreditasi sekolah?? Jawabannya bukan karena akan dapat menaikan nilai akreditasi sekolah tetapi karena saya diberi kepercayaan untuk menjadi seorang pengajar/guru di 2 (dua) SMK. Saat 2021 saya mengikuti pembaTIK dengan identitas dari sekolah induk, dan saat ini di sekolah yang satunya akan melakukan akreditasi sekolah. Semua sertifikat yang saya miliki tidak dapat digunakan untuk sekolah yang akan melakukan akreditasi. Sehingga agar tidak menimbulkan rasa tidak enak dari diri saya, maka saya ikut pembaTIK di tahun 2022 agar memiliki sertifikat atas nama sekolah yang satunya. Karena saya menyadari untuk mendapatkan sertifikat sampai ke level 3 dengan pengalaman saya di tahun 2021 masih bisa.Yang pada akhirnya tidak sesuai dengan tujuan saya mengikuti pembaTIK di tahun 2022 karena data saya tetap menggunakan sekolah induk. Itu saya ketahui setelah melihat daftar peserta yang lulus di level 1 yang masih di instansi sekolah induk. Dari sini saya baru tahu karena saat mendaftar di akun simpatik menggunakan sekolah induk apalagi dengan adanya sinkronisasi menggunakan akun belajar.id. jadi tidaklah mungkin dengan akun yang sama yang muncul di sertifikat adalah sekolah yang satunya. Mungkin jika menggunakan akun yang lain/akun baru saat mendaftar di simpatik akan dapat menggunakan nama sekolah yang satunya. Hal ini didasari dari adanya peserta di pembaTIK tahun 2022 yang berada di propinsi yang berbeda dengan tempat mengajar atau tempat tinggalnya. Jawaban yang pasti akan saya dapatkan jika saya mengikuti pembaTIK di Tahun 2023 yang akan datang dan itu pasti akan saya coba buktikan.
2. Alasan yang kedua adalah untuk menjawab rasa penasaran, bukan rasa penasaran ingin menjadi Duta Rumah Belajar akan tetapi penasaran kenapa di Tahun 2021 bisa masuk ke 5 besar di Propinsi. Ini didasari karena pada tahun 2021 saya mengumpulkan tugas tidak sesuai dengan apa yang ditugaskan kepada peserta pembaTIK level 4 tahun 2021 yang pada saat itu juga sempat saya tanyakan kepada juri saat wawancara untuk peserta 5 besar tiap propinsi. Pada waktu itu juga tidak dijawab pertanyaan yang saya ajukan hanya dijawab tersenyum oleh ketiga dewan juri.Saya bertanya karena didasari jika dilihat dari peserta di level 4 tahun 2021 untuk propinsi DI Yogyakarta banyak yang mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang ditugaskan tetapi tidak masuk ke 5 besar.
Bisa menjadi salah satu trainer dalam kegiatan Pelatihan Microsoft 365 diawali dari keisengan setelah mengikuti Pelatihan OCM II yang diselenggarakan oleh VEA pada tanggal 12 Desember s.d 26 Desember 2021, setelah selesai pelatihan kemudian ada informasi bagi peserta yang sudah lulus jika menginginkan dapat menjadi trainer/intruktur/mentor untuk kegiatan pelatihan Microsoft berikutnya.
Dari informasi tersebut karena rasa keingintahuan bagaimana rasanya
jika menjadi salah satu trainer di pelatihan Microsoft untuk seluruh Indonesia
maka mencoba untuk mengajukan diri menjadi trainer pada kegiatan pelatihan
Microsoft yaitu pada OCM III.
Di benak saya sebelum menjadi trainer akan ada uji/test akan
tetapi saat itu hanya diminta untuk mengisi data dan menjawab beberapa pertanyaan dalam bentuk
google form, dan nanti akan diberitahu apakah dapat menjadi trainer pada
pelatihan microsoft OCM 3 atau tidak.
Singkat kata kemudian saya diminta untuk menjadi salah satu
trainer pada Pelatihan OCM 3 yang akan diikuti oleh + 800 peserta dari
kalangan Tenaga Pendidik dan Mahasiswa seluruh Indonesia pada tanggal 09
Januari 2022 s/d 23 Januari 2022.
Saat itu muncul pemikiran apakah saya bisa menjalankan menjadi trainer?? Karena sudah diberi tugas maka dengan modal nekad dan keinginan untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi trainer pada pelatihan nasional maka akhirnya saya bisa merasakannya
Banyak pelajaran yang saya dapatkan ketika pertama kali
menjadi seorang trainer apalagi pelatihan untuk Microsoft 365. pada intinya menurut pandangan dari saya
pribadi adalah menjadi trainer/instruktur/tentor sama saat kita menjadi guru di
dalam kelas. Perbedaan yang yang paling terlihat adalah karakter dari peserta
yang berlatar belakang yang berbeda baik dari segi umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan daerah.
Itulah modal utama saat menjadi trainer yang saya rasakan, disamping karena sudah lama terbiasa
menggunakan TIK baik untuk keperluan mengajar maupun beraktifitas sehari hari
sehingga saat menjalankan tugas sebagai trainer sangat membantu. Dari pengalaman
pertama menjadi trainer ini semakin sadar bahwa saat kita memiliki pengetahuan dan
ketrampilan TIK maka kita bisa menjalankan tugas di bidang apapun apalagi
seorang pendidik karena seeorang pendidik harusnya dapat mengikuti perkembangan
teknologi. Memang benar jika banyak orang mengatakan “belajar sepanjang hayat”.
Bagi seorang pendidik kalimat belajar sepanjang hayat memang
sangatlah perlu untuk ditanam dalam hati. Belajar tidak harus dari menempuh
pendidikan formal ataupun non formal tetapi belajar dari pengalaman merupakan
salah satu jalan bagi seseorang untuk menjadi orang yang lebih baik dan itu
merupakan hakekat dari belajar sepanjang hayat.
Saat ini masih banyak kita temui pendidik di Indonesia atau
disekitar kita yang tidak mau “belajar”. Entah dengan alasan sudah berumur, tidak
punya waktu, bukan zamannya dan yang lainnya bahkan banyak yang mengatakan
pasrah pada keadaan. Padahal saat kita didepan kelas kita sering berkata kepada
peserta didik kita untuk belajar akan tetapi kita sendiri tidak mau untuk
belajar.
Dari sinilah kita dapat introspeksi diri apakah kita memang
seorang Pendidik/Guru dalam arti yang sebenarnya atau hanyalah sebatas
jabatan/profesi. Saya berharap rekan rekan guru adalah “Guru” dalam arti yang
sebenarnya.
Di part selanjutnya akan saya ceritakan pengalaman saat menjadi trainer serta tips dan trik untuk menjadi seorang trainer.
Part 3 Trainer Microsoft 365
Adakah
di benak rekan rekan semua mengenai judul diatas????
Saya
yakin rekan rekan semua sudah sering mengikuti diklat ataupun workshop baik
tatap muka maupun secara online baik yang bersifat regional maupun nasional
bahkan internasional. Di benak kita pasti ada pemikiran bagaimana jika kita
yang menjadi trainer/instrukturnya, apakah rasanya sama ketika kita berada di
ruang kelas saat pembelajaran atau .....
Di
sini akan saya bagikan pengalaman saat menjadi salah satu trainer di pelatihan
Microsoft 365. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Virtual Education Academy (VEA).
Virtual
Education Academy (VEA) adalah program yang berfokus pada pelatihan pendidik
tentang teknologi dan penggunaannya dalam pembelajaran dan pengajaran di kelas.
Program ini mengadopsi teori kerangka pembelajaran TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang merumuskan pembelajaran dengan integrasi
teknologi dan pedagogi ke dalam materi yang diajarkan.
Sebelum nya saya akan memberikan jawaban yang menjadi semua
pertanyaan rekan rekan semua yaitu “Menjadi seorang trainer / instruktur dalam
sebuah pelatihan adalah hal yang sulit”. Secara umum pandangan orang untuk
menjadi trainer/instruktur adalah orang yang “profesional” dan sangat pintar
dibidangnya dan kita sering mengganggap bahwa kemampuan yang kita miliki
tidaklah cukup untuk menjadi seorang trainer/instruktur.
Padahal tanpa kita sadari bahwa seorang pendidik/guru adalah
trainer/instruktur yang dari pandangan saya adalah lebih dari seorang
trainer/instruktur. Tugas dan tanggung jawab seorang pendidik/guru melebihi
dari tugas dan tanggungjawab trainer. Jika kita menjadi trainer tugas dan
tanggung jawabnya hanya memberikan ketrampilan kepada peserta, jika peserta
sudah mampu menguasai sebuah kompetensi yang diberikan maka sudah selesai tugas
sebagai seorang trainer, bahkan di banyak pelatihan banyak sekali trainer yang
hanya memberikan sebuah ilmu/pengetahuan/ketrampilan kepada peserta dan tidak
mengetahui secara pasti apakah ilmu yang diberikan saat pelatihan sepenuhnya
dipahami oleh peserta.
Disini saya tidak bermaksud untuk “mengecilkan” profesi
Trainer/Pelatih/Instruktur, tapi dari kenyataannya yang terjadi terutama saat
pandemi Covid-19 banyak sekali diadakan berbagai macam pelatihan yang dengan
sagat mudahnya peserta mendapatkan sertifikat, karena tidak dapat kita pungkiri
bahwa banyak sekali peserta yang hanya mengejar sertifikat bukan mengejar
ilmu/ketrampilan. Walaupun ada yang memang tidak peduli dengan sertifikat
karena mereka memang tujuan akhir dari mengikuti sebuah pelatihan adalah untuk
menguasai ilmu/ketrampilan.
Sedangkan tugas seorang pendidik/guru yang menjadi kegiatan
kita sehari hari adalah disamping memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
kepada peserta didik juga harus menanamkan karakter kepada peserta didik untuk
dapat bersaing pada saat mereka lulus/menamatkan pendidikannya. Pendidik/Guru
diberikan beban dan tanggungjawab yang lebih besar daripada beban dan
tanggungjawab seorang trainer/instruktur.
Jadi jika rekan rekan semua mengganggap bahwa menjadi seorang
trainer/instruktur sangatlah sulit itu hanya sebuah pemikiran dari kita sendiri
yang akan menjadikan kita tidak akan bisa untuk menjadi instruktur/trainer
dalam sebuah pelatihan.
Pada awalnya saya sendiri juga tidak mempunyai pemikiran
untuk menjadi seorang trainer/instruktur apalagi di pelatihan Micirosoft 365
yang kita tahu bahwa aplikasi Microsoft 365 adalah salah satu aplikasi yang
orang di seluruh dunia pasti akan menggunakannya.
Apakah saya sudah kompeten dan profesional dalam penggunaan
aplikasi Microsoft 365 sehingga bisa menjadi salah satu trainer/instruktur??? Jawabannya
adalah sama sekali tidak. Kemampuan dalam menggunakan aplikasi microsoft 365
yang saya miliki sama dengan kemampuan semua orang, yang membedakan mungkin
dari intensitas dalam menggunakannya saja. Kenapa saya bisa menjadi Intruktur
jika kemampuan yang dimiliki sama dengan yang lain???
Jawabannya ada di part 2